Artikel :

INOVASI KOPRA PUTIH OLEH DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KETAHAN PANGAN KAB. HALMAHERA SELATAN
Armain Kasman | Ekonomi Pembangunan | 30/01/2023
Share :  
...

Kopra berasal dari daging buah kelapa (Cocos nucifera. L) dan umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa. Kopra biasanya diproses secara tradisional oleh masyarakat. Biaya produksinya relatif rendah jika dibanding pengolahan daging kelapa menjadi produk santan kering atau minyak goreng. Kopra dihasilkan dari daging buah kelapa yang dikeringkan dengan cara dijemur atau menggunakan alat pengering buatan dengan cara pengasapan atau pemanasan secara tidak langsung. Pengeringan buatan atau penjemuran untuk menurunkan kadar air daging kelapa sekitar 50 % (b/b) menjadi 6 % (b/b) mencegah pembusukan oleh mikrobia, dan menaikkan kadar minyak. Pengasapan langsung akan menghasilkan kopra dengan mutu yang tidak kalah baik jika dibanding kopra hasil pemanasan tidak langsung karena asap panas tidak bersinggungan langsung dengan komoditas. Salah satu persyaratan yang diminta dalam perdagangan kopra adalah kadar asam lemak bebas (FFA) maksimum 5%. (Suharyani, 2019)

Setiap kilogram kopra membutuhkan bahan baku antara 6-8 butir kelapa, tergantung besar dan tebal daging buah kelapanya. Harga kopra dari setiap daerah penghasil sangat bervariasi. Selama penyimpanan, kopra dapat mengalami kerusakan. Sebab-sebab kerusakan kopra selama penyimpanan antara lain : kurang sempurnanya pengeringan, penyimpanan yang kurang baik, praktek-praktek dalam perdagangan, yaitu mencampur kopra baik dengan kopra jelek. Kopra yang kurang kering dapat berakibat pada terjadinya kenaikan kandungan asam lemak bebas selama penyimpanan. Mikrobia yang potenswwial tumbuh pada daging buah kelapa dengan berbagai kadar air antara lain adalah sebagai berikut : Aspergillus flavus (kuning-hijau), A. niger (hitam), Rhizopus nigricans (putih yang akhirnya kelabu-hitam) pada kadar air 20 – 50%, A. flavus, A. niger, R. nigricans pada kadar air 12 – 20 %, A. Tamarii, A. glaucus sp. pada kadar air 8 – 12 %, serta Penicillium (hijau) dan A.glaucus (putih-hijau) pada kadar air < 8 %. (Anisa, 2013)

Selama ini pengolahan pascapanen buah kelapa dilakukan untuk menghasilkan kopra. Dengan teknologi sederhana kopra dapat diproduksi dengan cara pengeringan alami menggunakan sinar matahari dan pengasapan. Dengan metoda ini pasokan kopra sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Dengan demikian harga kopra juga akan mengalami naik turun secara tidak stabil dan sulit diprediksi.

Kopra putih adalah jenis kopra yang bermutu tinggi, berwarna putih mutiara dan coklat terang, bersih, higienis, berbau harum, tidak terkontaminasi aflatoksin, jamur, kotoran dan unsur-unsur berbahaya bagi kesehatan manusia. Pembuatan kopra putih merupakan upaya mengubah kebiasaan membuat kopra secara tradisional untuk meningkatkan kualitas hasil produksi kopra dan mendapatkan nilai tambah sehingga berdampak positif terhadap peningkatan penghasilan petani pemilik kebun kelapa.

Minyak yang dihasilkan dari kopra putih digunakan terutama untuk minyak makan/goreng dan untuk minyak campuran (edible oil) untuk produk maragarin, kosmetik, parfum, sabun, pelembab, campuran coklat, es krim, bahan farmasi dan kebutuhan industri lainnya (Manado Post 2014). Kualitas kopra putih jauh lebih baik dari kualitas kopra asapkarena kopra putih memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan kopra asap. Kelebihan itu diantaranya kopra putih memiliki kadar air yang cukup rendah hingga 6% (Tabel 3), kopra putih relatif bebas dari serangan cendawan dan warnanya jauh lebih putih dan bersih. Kopra putih juga bebas dari aroma yang ditimbulkan dari proses pengasapan sehingga aroma asli kopranya jauh lebih dominan.

Dengan kualitas seperti itu, kopra putih jauh lebih disukai oleh kalangan industri minyak kelapa karena produk yang dihasilkan sangat jernih dengan kualitas tinggi (Media Industri 2016).

Di Kabupaten Halmahera Selatan, Kopra putih belum dibproduksi oleh petani kelapa, Sampai saat ini petani/pemilik perkebunan kelapa di Kabupaten Halmahera Selatan masih membuat kopra secara tradisional melalui metode pengasapan dan pengeringan sinar matahari. Metoda ini menghasilkan kopra yang kurang higienis, tercemar asap, jamur dan kotoran lain yang berbahaya untuk kesehatan serta kandungan air tinggi (15%- 22%). Disamping itu kopra yang dihasilkan juga berwarna coklat sampai coklat kehitaman, dan mudah rusak karena serangan mikroorganisme. Kualitas kopra seperti ini perlu ditingkatkan untuk menghasilkan produk kopra yang berkualitas yang dapat menjadi suatu produk unggulan.

Keterkaitan akar permasalahan yang dihadapi adalah:

1. Produksi masih tergantung pada kondisi cuaca. Dengan teknik produksi yang demikian menyebabkan pasokan masih belum kontinyu, terutama untuk memenuhi lonjakan permintaan yang mendadak.

2. Kualitas produk masih kurang bagus dan tidak seragam. Kualitas ini ditunjukkan oleh: warna produk yang kurang menarik (coklat tua), bau kopra yang langu akibat pengasapan, dan kadar air yang masih cukup tinggi (sekitar 17%). Dengan karakteristik produk yang demikian menyebabkan kopra tidak tahan lama. Akibat 1 dan 2, harga kopra menjadi tidak stabil dan cenderung rendah (Rp 5.700,00 per kg). Dalam kondisi ini produsen kopra berada dalam bargaining position yang lemah terhadap harga kopra di pasaran.

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan pangan, berinisiatif membuat suatu terobosan inovasi baru, dengan merancang suatu konsep pengolahan buah kelapa menjadi kopra putih, diharapkan dapat menjadi agent of change untuk transfer teknologi kepada produsen kopra. Diperlukan proses peningkatan nilai tambah (added value) kopra agar lebih bernilai jual. Ada beberapa solusi yang dapat ditawarkan yaitu sebagai berikut :

1.      Pengering kopra. Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan dan pelatihan penggunaan alat pemroses untuk penanganan pascapanen kelapa.

2.      Penyuluhan dan pelatihan tentang penanganan pasca produksi kopra: pengemasan/pengepakan produk yang memenuhi syarat sehingga kualitas kopra dapat ditingkatkan.

3.      Penyuluhan tentang sifat fisik dan kimiawi kopra sebagai bahan baku minyak. Dengan mengetahui sifat fisik dan kimia kopra yang dihasilkan, diharapkan produsen kopra akan mengetahui hal-hal (secara fisik dan kimiawi) yang akan mempengaruhi kualitas kopra.                                                  

4.      Pemberdayaan instansi yang berkompeten untuk lebih berperan aktif dalam membantu penanganan pascapanen dan memungkinkan untuk menjadi media dalam memperoleh pasar sehingga petani memperoleh harga yang kompetitif.

Dengan usulan-usulan yang ditawarkan tersebut diharapkan dapat memberikan solusi kepada mitra

1.      Pasokan kopra dapat memenuhi permintaan, meskipun kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk berproduksi (proses pengeringan).

2.      Kualitas kopra dapat ditingkatkan dari sisi keseragaman warna dan aroma karena produksi kopra dilakukan dengan kondisi atmosfer yang terkendali (waktu dan suhu pengeringan dikontrol dengan menggunakan alat pengering).

Terobosan inovasi ini sudah berajalan sejak tahun 2021 kemarin, dimana Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Halmahera Selatan menurunkan 12 unit pengolahan kopra putih di beberapa kecamatan, dengan diresmikan serah terima bersama Bapak Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Halmahra Selatan,

inovasi kopra putih kab. halmahera selatan
Share :